Senin, 22 November 2021

Menguak Dapur penerbit Mayor

 

Pertemuan ke       : 22

Gelombang          : 22

Hari /Tanggal       :Senin, 22 November 2021

Narasumber         : Edi S. Mulyanta

Moderator            : Helwiyah

Kali ini Nara sumber kita adalah Bapak Edi S Mulyanta. Beliau seorang publishing consultan  dan E-Book Development  penerbit ANDI Yogyakarta tahun 2020 - sekarang. 

Beliau menceritakan bahwa di Era covid 19 cukup berat bagi semua penerbit, baik penerbit skala kecil hingga penerbit mayor. Semua berlomba untuk hanya sekadar bertahan hidup dan  tetap eksis. Hal tersebut membuat dunia penerbitan bergegas untuk mengubah haluan visi misi mereka  ke arah yang lebih up to date. 

Beberapa penerbit yang tidak dapat mengikuti perkembangan jaman, mencoba mengurangi intensitas  terbitan bukunya, akhirnya berimbas pada jumlah produksi buku mereka, dan memukul pula pendapatan atau omzet buku mereka, sehingga banyak penerbit akhirnya berpindah haluan ke usaha yang lain.

Pada dasarnya konsep penerbit mayor dan penerbit minor (indie) sama, yaitu mempublikasikan hasil tulisan dari penulis yang menjadi mitranya.



Konsep dasar penerbitan adalah sebagai berikut : 

Tugas dari penerbitan adalah memberikan layanan industri, dalam menerbitkan atau mempublikasikan hasil tulisan karya tulis dari penulis. Penerbit hanyalah Intermediary atau perantara dalam proses publikasi sebuah tulisan. Tugas penerbit adalah menghasilkan keuntungan dalam setiap terbitannya.

Yang membedakan jenis penerbit adalah jumlah atau skala produksi setiap penerbit yang tergabung dalam anggota IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) tersebut. Skala produksi ini tercermin dalam ISBN setiap buku yang diterbitkan oleh penerbit tersebut. Melalui ISBN ini dapat diketahui penggolongan skala produksi buku yang dihasilkan setiap tahunnya.

ISBN dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional, yang diberikan hak oleh negara untuk memberikan nomor-nomor yang dikuasainya tersebut untuk dibagikan kepada penerbit di Indonesia.

Struktur penomoran ISBN

Perhatikan struktur angka dalam Publication Element. Angka tersebut adalah jumlah produksi buku yang dapat dilakukan oleh penerbit tersebut. Melalui angka ini terlihat berapa kekuatan produksi buku yang diterbitkan oleh sebuah penerbit.

Secara materi terbitan, sebenarnya tidak ada bedanya antara penerbit mayor dan minor. Hanya terkadang penerbit tertentu memilih spesialisasi pada Genre tertentu untuk lebih fokus dalam produksi maupun pemasarannnya. Penerbit mayor mempunyai saluran pemasaran yang cukup beragam karena jumlah produksinya cukup besar, sehingga sering disebut Omni channel Marketing.

Selama pandemi, saluran toko buku mengalami kontraksi yang cukup dalam, saluran outlet toko buku pun menyesuaikan dengan berpindahnya proses pemasaran ke sistem online, maupun digitalisasi materi. 

Bagi penerbit skala kecil, yang hanya menggantungkan outletnya di toko buku penjualan buku semakin sulit. Media-media baru dijadikan sarana promosi buku seperti channel Webinar, Podcast, IG Live, WA Group dll. 

Hal yang unik dari Pandemi ini, adalah Buku Cetak masih menjadi pilihan pembaca dalam memperluas cakrawala pikirnya. Di samping Elektronik Book juga baru dalam taham embrio berkembang.

Penerbit di mata pembaca, menjadi sama, semua berjuang untuk tetap bertahan. Sehingga menjadikan iklim penerbitan secara umum tidak surut selama pandemi ini. Kami selalu tidak kurang dalam menjaring tulisan-tulisan baru yang bermunculan luar biasa banyak selama pandemi.

Saat awal tahun 2021 penerbit di Indonesia sebenarnya telah mulai bangkit, tercermin dalam pendapatan pada bulan Januari dan Februari yang telah mencapai tahap memantul ke atas. tetapi saat covid masuk di tahap gelombang 2, betul-betul meratakan pendapatan ke level yang terendah.

Kami dengan terpaksa melakukan pengereman produksi yang luar biasa ketat dalam mengantisipasi hal tersebut. Menabung naskah, adalah strategi dalam menghadapi pandemi, kami siasati dengan menerbitkan E-Book untuk mempercepat proses penerbitan sebuah buku.

E-book adalah sarana media digital buku yang menarik. Konsepnya praktis, ramah lingkungan, dan menjanjikan keterbukaan dalam menerima media-media lain sebagai media pengayaannya. didukung oleh Google Books yang menjadikan konsep digitalisasi e-book  mencapai ke industrialisasi digital masa depan.

Tantangan penerbit baik mayor maupun minor, adalah kecepatan dalam menguasai teknologi dengan konsep multimedia. Buku akan semakin mengecil secara fisik. Apalagi ada konsep baru dalam dunia digital yaitu konsep Metaverse yang diusung Face Book, dunia digital akan semakin kaya.

Penguasaan tekonologi harus cepat dikuasai, sehingga media buku di Indonesia akan semakin maju dalam mengikuti perkembangan jaman. Penulis harus diberdayakan mempunyai Blog, Channel Youtube, Twitter, Podcast, bahkan Tiktok yang dapat dijadikan sarana promosi tulisan bukunya. Hal ini akan memberikan rangsangan penerbit untuk tidak mampu menolak tulisan penulis karena followernya banyak, menjadi selebriti di Youtube, atau Selebriti Tiktok.

Persaingan penerbit akan semakin keras, tidak memandang penerbit mayor maupun minor. Hal ini karena ke depan proses penerbitan bisa dilakukan sendiri oleh penulis. Lihat saja bang Tere Liye yang dapat memproduksi sendiri tulisannya melalui Google Books.


Contoh Google Books

Jangan segan-segan bapak ibu penulis menawarkan tulisannya ke berbagai skala penerbit, karena saat ini konten adalah raja-nya sehingga penerbit memerlukan kesegaran konten yang dapat dikembangkan menjadi komoditas yang menguntungkan.

Penulis dapat mencoba menuliskan di aplikasi Wattpad, follower pembaca biasanya dipantau oleh penerbit-penerbit mayor.

Penulis bisa membuat tulisan tentang tema-tema keseharian proses belajar mengajar,  tentunya dengan menambah bahan bacaan (Background Reading) sebagai penguat tulisan.


Penerbit minorpun tidak kalah kreatifnya dalam menjaring penulis. Dengan banyaknya syarat-syarat kenaikan pangkat guru, dosen, hingga guru besar, menjadikan penerbit-penerbit saling bersaing mengisi peluang tersebut.

Hal yang penting sebagai penulis adalah, jaga kejujuran, jaga idealisme, dan selalu belajar dari berbagai genre tulisan orang lain, mengukur diri, dan menyesuaikan dengan kemampuan diri. 

Ke depan persaingan penerbit tidak hanya antarpenerbit akan tetapi dengan digitalisasi yang menjadikan persamaan derajat antara penulis, penerbit, penyalur, dan pembaca buku.


ini contoh buku digital yang berdampingan dengan buku fisik di toko buku

Motivasi diri  : yuk ...... melek teknologi agar tidak tergilas oleh zaman




3 komentar: